Hidup Dalam Bayang-Bayang POLUSI dan Perubahan Iklim
Ada banyak film inspiratif dengan perubahan iklim sebagai tema. Kalau anda sudah nonton tujuh sosok dari tujuh provinsi di Indonesia yang gigiih melawan perubahan iklim dalam film berjudul “Semesta (2020)“, anda juga bisa memperkaya wawasan tentang perubahan iklim dari film-film dokumenter lain seperti Kiss The Ground (2020), Our Planet (2019), An Inconvenient Sequel: Truth to Power (2017), dan lain sebagainya.
Hampir semua film-film tersebut memiliki pesan moral yang kuat bahwa ada urgensi dari setiap entitas yang hidup agar lebih aware pada issue-issue perubahan iklim, yang oleh banyak orang masih skeptis bahkan menganggap hoax.
Tidak. Perubahan iklim bukan berita bohong. Faktanya, berbagai bencana telah melanda bumi yang kita pijak ini.
Lihat saja bagaimana hujan yang tidak genap sehari saja kini mengakibatkan banjir sedada,.memaksa orang-orang berlarian menyelamatkan nyawa yang dipunya, tak perduli harta benda hanyut atau terendam air mulai dari ijazah, televisi, hingga sepeda.
Kenapa masih dianggap bohong, toh saat ini hari-hari terasa lebih panas dari seharusnya hingga hidup seperti dalam botol kaca yang dilempar di tengah gurun sahara.
Apakah masih skeptis dan menganggap hoax kalau asap terus membumbung tinggi membungkus langit biru menjadi putih pekat, sementara di bawah orang-orang sesak menghirup udara yang tak lagi bersih karena polusi?
Polusi Mengancam Pertiwi
Tak ada pembahasan tentang lingkungan yang lebih mencemaskan selain ancaman penyakit dan perubahan iklim. Ada urgensi untuk segera mitigasi mengingat ini menjadi ancaman pada keberlangsungan peradaban.
Kebanyang gak sih, betapa berat kehidupan anak cucu kita kelak kalau masalah perubahan iklim ini tidak mendapat atensi dan solusi. Selain harus berjuang berebut peluang dan kesempatan berusaha yang semakin sempit kompetitif, mereka mungkin akan berduyun-duyun berebut air dan udara bersih yang semakin langka karena perubahan iklim.
Perubahan iklim yang saya maksud adalah kondisi alam yang mengacu pada perubahan suhu (pemanasan global) dan pola cuaca dalam jangka panjang.
Sebenarnya perubahan iklim terjadi secara alami melalui variasi siklus matahari. Namun enggak bisa dipungkiri kalau diperparah oleh pencemaran lingkungan, salah satunya polusi udara yang berasal dari gas-gas rumah kaca.
Yups, polutan yang terbang ke udara (termasuk pula black carbon) menutupi lapisan atmosfir. Bumi pun menjadi sulit memantulkan cahaya. Inilah yang bikin perubahan iklim, bumi yang semakin panas, hingga cuaca ekstrim.
Di negara kita, polusi udara juga menjadi masalah pelik yang belum teratasi secara maksimal hingga saat ini.
Mengacu Laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2022, dari 195 negara di dunia, tingkat polusi udara negara kita menempati posisi ke-30. Sedangkan surabaya dan Jakarta disebut-sebut sebagai kota terpadat yang paling berpolusi di Indonesia selain Jayapura, Medan, dan Semarang.
Polusi yang mengotori udara itu sendiri dapat dihasilkan dari penggunaan alat-alat tertentu, seperti AC, kendaraan bermotor, dan hair dryer, dan sebagainya. Selain itu, zat-zat polutan juga dapat dihasilkan dari aktivitas manusia, seperti membakar sampah, menggunakan pestisida untuk membunuh hama di lahan pertanian, dan aktivitas pabrik yang menimbulkan asap.
Meskipun polusi udara menjadi kontributor paling dominan terjadinya perubahan iklim, namun tak terlepas dari polusi-polusi lain yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sebut saja seperti polusi atau pencemaran air.
Pencemaran air terjadi karena adanya zat-zat polutan yang masuk ke dalam sumber air. Jenisnya polutannya bermacam-macam bisa dari insektisida, kotoran, limbah, pupuk, dan sampah.
Nah, air yang tercemar akan berbau, keruh, dan berwarna, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Jika dikonsumsi, air tersebut akan mengganggu kesehatan.
Bila polutan tersebut masuk ke aliran sungai, maka ia ‘mengembuskan’ gas rumah kaca.
Dalam banyak penelitian, sungai bahkan menjadi sumber gas rumah kaca yang sangat besar, dan polusi air membuat emisinya berkali-kali lipat lebih buruk yang berdampak pada perubahan iklim.
Begitu juga dengan pencemaran tanah yang terjadi karena adanya zat-zat polutan yang masuk ke dalam lapisan tanah sehingga kualitas tanah menurun.
Zat-zat polutan tersebut bisa berasal dari tumpahan minyak, kebocoran limbah yang berbentuk cair, penggunaan pestisida berlebihan, cairan dari timbunan sampah, serta zat-zat lainnya, seperti arsen, besi, cadmium, chloride, chromium, fluor, mercury, lead, nitrate, silver, selenium, dan sulfate.
Efek pencemaran tanah ini menyebabkan hilangnya keseimbangan ekosistem. langsung atau tidak langsung akan memengaruhi pola iklim.
Menjaga Hutan Adalah Kuncinya!
Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan. Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia.
Perubahan iklim akan berdampak pada meningkatnya efek gas rumah kaca dan perubahan iklim secara global. Selain itu, cuaca bumi tak menentu dan akan semakin ekstrem di samping bumi yang semakin panas (peningkatan suhu bumi).
Dalam berbagai hal, perubahan iklim juga sangat berdampak negatif pada ekosistem secara keseluruhan yang berpengaruh pada kehidupan dan peradaban.
Kebutuhan manusia akan air akan terpengaruh karena kualitas dan kuantitas air akan menurun. Saat ini sudah mulai dirasakan di banyak tempat.
Selain itu, perubahan iklim akan berdampak negatif pula pada perubahan habitat. Berbagai spesies akan punah karena menurunya kuantitas dan kualitas hutan.
Ketika hutan sudah terdampak maka, manusia juga akan dihadapkan pada wabah penyakit zoonosis dan sebagainya.
Sumber pangan mau tak mau pun pasti terdampak juga karena area pertanian akan semakin berkurang hingga terjadi gagal panen.
Yang tak kalah mengerikan, perubahan iklim akan menenggelamkan wilayah pesisir, bahkan menenggelamkan pulau-pulau kecil.
Apa solusinya?
Polusi dan perubahan iklim sebenarnya bisa diatas. Salah satu solusi paling efektif adalah menjaga hutan dan keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya secara berkelanjutan..
Hutan adalah pemasok oksigen paling besar di permukaan bumi. Tentu saja oksigen yang dihasilkan oleh hutan bermanfaat bagi manusia dan hewan untuk bernafas. Tidak heran kalau hutan mendapat julukan sebagai paru-paru dunia.
Sayang sekali adakalanya modernisasi berjalan tanpa diimbangi dengan wawasan lingkungan. deforestasi masih saja terjadi hingga saat ini. Kita lupa bahwa kita adalah subyek sekaligus obyek atas polusi dan perubahan iklim yang terjadi.
Buktinya, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), perubahan fungsi lahan dan deforestasi diperkirakan telah mengakibatkan hilangnya 420 juta hektar sejak 1990.
Akhir tahun lalu, tiga negara dengan hutan terluas di dunia yakni Indonesia, Brasil, dan Australia kehilangan hutannya karena kebakaran hebat.
Negara kita sendiri, Indonesia, telah kehilangan 1,65 juta hektar hutan sepanjang tahun 2019. Sementara itu sampai 30 Januari 2020, Australia kehilangan hutan seluas 11 juta hektar sedangkan Brasil kehilangan sekitar 900.000 hektar hutan Amazon akibat terbakar.
Secara data, sebenarnya deforestasi mengalami penurunan. Sayangnya upaya perluasan hutan (reforestasi) pun masih belum bisa menutupi kehilangan hutan selama ini. Pada periode 2015-2020, reforestasi setiap tahunnya hanya mencapai 5 juta hektar, hanya setengah dari luas hutan yang hilang pada periode yang sama.
Ketika kita memahami bahwa hutan menjadi solusi atas perubahan iklim, maka perlu upaya lebih nyata untuk menjaga hutan lebih lestari. Upaya nyata tersebut di antaranya:
- Tidak menebang pohon sembarangan
- Melakukan reforestasi
- Merawat hutan
- Melakukan tebang pilih, dan
- Mendukung konservasi sumber daya alam
#TeamUpForImpact
#UntukmuBumiku, Mari Berkolaborasi dan Bersinergi Untuk Mengatasi
Menjaga kelestarian bumi dari polusi dan perubahan iklim tidak bisa dilakukan parsial atau sendiri-sendiri. Dibutuhkan kolaborasi seluruh pihak dalam pelaksanaanya.
Saya, anda, pemerintah, NGO lingkungan dan seluruh entitas yang merasa masih punya nurani, mari bahu membahu, bersinergi dan berkolaborasi sebagai sebuah team yang solid agar bisa menghasilkan dampak yang positif #TeamupforImpact.
Apa yang harus dilakukan?
Tugas kita adalah mondorong kebijakan-kebijakan pemerintah dalam melakukan ADAPTASI atas dampak buruk perubahan iklim yang diimbimbangi dengan upaya MITIGASI dengan mengkolaborasikan antara Aksi, Inovasi dan Sumber daya. .
Mari bersama-sama kita edukasi masyarakat terutama #MudaMudiBumi untuk melakukan hal-hal kecil namun berdampak besar pada perbaikan lingkungan dan perubahan iklim seperti menanam pohon, hemat energi di rumah, Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dengan jalan kaki, bersepeda, atau naik transportasi umum, memperbanyak makan sayur, dan lain sebagainya.
Hal lain yang perlu kita sosialisasikan secara simultan adalah mendorong masyarakat untuk membuang lebih sedikit makanan, menerapkan pola Reduce, Reuse, Recycle, mengubah sumber energi di rumah, beralih ke kendaraan listrik, serta memilih produk yang ramah lingkungan.
Sebuah Pengandaian
Dari segi peraturan dan kebijakan, pemerintah sendiri telah mengeluarkan berbagai undang-undang, peraturan pemerintah hingga pertauran presiden.
Yang terbaru adalah Perpres No 98 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon Untuk Pencapaian Target Kontribusi yang ditetapkan secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Pembangunan Nasional
Poin penting dari Perpres tersebut adalah penurunan dan intensitas emisi pada bidang prioritas meliputi energi, lahan, limbah, industri, dan kelautan.
Pemerintah berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 29% dengan kemampuan sendiri atau 41% dengan bantuan internasional pada 2030 dari kondisi business as usual. Penurunan emisi GRK tersebut terutama akan didorong pada sektor Agriculture, Forest, and Land Use (AFOLU) serta energi.
Dengan Perpress ini diharapkan dapat terus menekan emisi hingga 34% – 41% di 2045 melalui pengembangan EBT, perlindungan hutan dan lahan gambut, peningkatan produktivitas lahan, dan penanganan limbah terpadu.
Namun sayang sekali, implementasi Perprees ini belum sepenuhnya berjalan mulus di tingkat daerah. Tidak semua pemimpin daerah benar-benar bersungguh-sungguh dan care pada issue perubahan iklim.
Andai saja saya seorang pemimpin daerah atau apapun sebutannya yang memiliki wewenang untuk membuat sebuah kebjiakan, maka Perpres ini menjadi pegangan saya untuk memaksimalkan DAU (Dana Alokasi Umum) dari APBN yang diperuntukan untuk daerah. Prioritas saya adalah pada perbaikan lingkungan, bukan sekedar untuk kepentingan ekonomi semata.
Aplikasinya adalah pada penghijuan, menhidupkan kampung-kampung sadar emisi, serta membangun sistem transportasi massal terpadu agar masyarakatmengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Ya, itu hanyalah sebuah pengandaian. Who knows 15 tahun mendatang.itu menjadi takdir..
Akhirnya,
Tak ada kata terlambat untuk memulai. Yang pasti, kita jangan lagi memandang perubahan iklim adalah fenomena biasa, atau bahkan hoax semata.
Bencana yang bertubi-tubi hingga suhu yang semakin memanas di bumi yang kita pijak ini cukup menjadi fakta bahwa perubahan iklim telah mengancam hidup kita, peradaban manusia.
Mari kita bergerak, berkolaborasi dan bersinergi untuk mengatasi perubahan iklim tersebut.
Bukan untuk saat ini saja, tetapi untuk anak cucu kita di masa datang, generasi penurus dan cita-cita kita.
Terima kasih telah membaca artikel berjudul “HIDUP DALAM BAYANG-BAYANG POLUSI DAN PERUBAHAN IKLIM“ ini.
Semoga bermanfaat, menambah wawasan serta mendorong kita untuk segera bergerak bersama-sama mengatasi polusi dan perubahan iklim agar tidak menjadi-jadi.
Perubahan Iklim: Sungai-sungai yang ‘mengembuskan’ gas rumah kaca – www.bbc.com/indonesia/vert-fut-56714094
Pencemaran Tanah: Dampak dan Solusi – https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/16/180000569/pencemaran-tanah-dampak-dan-solusi?page=all
Tentang Perubahan Iklim – http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/
Sikap yang Dilakukan untuk Menjaga Kelestarian Hutan – https://pustandpi.or.id/2021/12/31/sikap-yang-dilakukan-untuk-menjaga-kelestarian-hutan
Kelola Isu Perubahan Iklim, Pemerintah Manfaatkan Strategi Transformasi Ekonomi melalui Pembangunan Hijau- https://ekon.go.id/publikasi/detail/3386/kelola-isu-perubahan-iklim-pemerintah-manfaatkan-strategi-transformasi-ekonomi-melalui-pembangunan-hijau
Mengenal Efek Rumah Kaca, Simak Juga Penjelasan soal Pemanasan Global – https://m.tribunnews.com/pendidikan/2021/12/19/mengenal-efek-rumah-kaca-simak-juga-penjelasan-soal-pemanasan-global