Skip to content

Merdeka dari Pandemi dan Harapan pada Keseimbangan Ekosistem

Pandemi telah mengajarkan kita betapa berharganya hidup, betapa berharganya kesehatan, dan betapa pentingnya keseimbangan ekosistem. Sesuatu yang barangkali banyak terabaikan di waktu lampau.

Merdeka dari Pandemi – Pandemi covid yang berlalu telah menimbulkan dampak signifikan terhadap dunia. Dampak yang ditimbulkannya tidak hanya pada kesehatan publik namun juga menyebabkan kerusakan ekonomi dan sosial.

Pandemi yang berlalu menyisakan duka mendalam. Siapa saja yang kehilangan sanak saudara dan handai taulan dalam peristiwa tersebut, saya yakin, masih sulit untuk melupakan. Dalam banyak fakta, justru meninggalkan trauma yang mendalam. 

Namun kita mesti bersyukur bahwa bahwa para ahli di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah secara resmi menyatakan bahwa COVID-19 tidak lagi merupakan darurat kesehatan masyarakat global mulai 5 Mei 2023. 

Meskipun demikian, WHO tetap mengingatkan bahwa pencabutan status tersebut bukan berarti dunia telah bebas dari virus corona sepenuhnya.  

Badan kesehatan dunia ini mengajak masyarakat dunia beralih dari tanggap darurat ke manajemen penyakit jangka panjang dan berkelanjutan. 

Ajakan WHO ini didasari pada kenyataan bahwa sepanjang sejarah kehidupan manusia sangat dipengaruhi adanya berbagai macam penyakit menular. Artinya, sangat mungkin bahwa krisis covid-19 bukan menjadi yang terakhir.

Namun kita dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman manusia bertahan hidup dari berbagai pandemi yang telah tercatat dalam sejarah.

Berbekal pengalaman tersebut, kita dapat mengatasi pandemi dengan langkah-langkah strategis yang lebih baik dari sumber penyebabnya untuk mencegah kepunahan global. 

Kerusakan Ekosistem dan Pandemi

Kebanyakan orang bila mendengar istilah pandemi pasti dikaitkan dengan penyebaran virus corona yang terjadi Akhir Desember 2019 lalu. Tidak. Istilah pandemi bersifat umum dan global. Virus corona hanyalah salah satunya.

Apa itu Pandemi?

Cambridge Dictionary mengartikan pandemi sebagai penyakit berbahaya yang menginfeksi banyak orang sekaligus. Sedangkan menurut KBBI, pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Makna kurang lebih sama bila mengutip Encyclopaedia Britannica bahwa pandemi merupakan wabah penyakit menular yang terjadi di wilayah geografis yang luas dan prevalensi tinggi. Dari sini bisa dipahami bahwa pandemi umumnya memengaruhi sebagian besar populasi dunia serta terjadi selama beberapa bulan. 

Secara hirarkis, pandemi muncul dari sebuah epidemi yakni wabah penyakit yang terbatas pada satu bagian wilayah, katakanlah satu negara. Nah, suatu penyakit disebut pandemi bila tersebar luas, membunuh banyak orang dan menular. 

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pandemi mulai terjadi ketika memenuhi tiga kondisi dasar yakni munculnya penyakit baru pada populasi, menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit serius, serta menyebar secara mudah, cepat, dan berkelanjutan di antara manusia.

...pandemi merupakan wabah penyakit menular yang terjadi di wilayah geografis yang luas dan prevalensi tinggi. Dari sini bisa dipahami bahwa pandemi umumnya memengaruhi sebagian besar populasi dunia serta terjadi selama beberapa bulan.

Zoonosis dan Salah Satu Penyebab Pandemi

Ketika Covid-19 beberapa waktu lalu menyebar, pembahasan yang tak kalah populer saat itu adalah tentang penularannya. Banyak pihak mengatakan bahwa penularan penyakit tersebut melalui hewan, terutama satwa liar yang dikonsumsi dan kerap diperjualbelikan secara bebas dan ilegal.

Namun jauh sebelum covid dunia juga pernah diserah wabah dan pandemi mematikan. Sebut saja seperti Black Death yang terjadi di antara tahun 1346 – 1353. Wabah mematikan yang telah menghapus setengah populasi Eropa saat itu disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, yakni sejenis bakteri (sudah punah) yang disebarkan oleh tikus dan kutu yang terinfeksi.

Ada pula Cocoliztli (1454-1548) yang menimbulkan korban hingga 15 juta penduduk Amerika Tengah dan Meksiko, Demam Kuning Philadelphia (1793) yang disebabkan oleh nyamuk, Flu Asia (1957-1958) yang disebabkan virus yang merupakan campuran virus flu burung, dan masih banyak lagi. 

Satu hal menarik dari wabah dan pandemi yang terjadi tersebut adalah adanya keterlibatan hewan sebagai penyebab atau perantara. Dalam dunia kesehatan, keterlibatan hewan ini disebut Zoonosis.

Zoonosis adalah transmisi penyakit menular dari hewan (reservoir primer) ke manusia yang menyebabkan pandemi global seperti halnya Covid-19 yang terjadi beberapa waktu lalu. 

Satu hal menarik dari wabah dan pandemi yang terjadi tersebut adalah adanya keterlibatan hewan 'yang tertuduh" sebagai penyebab atau perantara. Dalam dunia kesehatan, keterlibatan hewan ini disebut Zoonosis.

Sejarah Pandemi yang Tercatat Dunia

Data olahan dari berbagai sumber

Pes
1334-1350

Black Death

Membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Jika termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok, Black Death telah merenggut kurang lebih 200 juta orang.

Flu Russia
1889-1890

Russian Flu

Wabah flu Rusia yang menyerang saluran pernapasan ini disebut-sebut mirip dengan COVID. Tak kurang 1 juta orang karena wabah ini.

flu spanyol
1918-1919

Spanish Flu

Disebut juga pandemi flu 1918 yakni pandemi influenza yang disebabkan virus influenza A subtipe H1N1. Diperkirakan virus ini membunuh 50 juta orang.

Flu Asian
1956-1958

Asian Flu

Peristiwa pandemi virus influenza A subtipe H2N2 yang bermula dari Singapura dan membunuh paling tidak satu juta orang di seluruh dunia.

Hongkong Flu
1968-1968

Hongkong Flu

Flu Hong Kong adalah pandemi influenza yang menewaskan sekitar satu juta orang di seluruh dunia

ebola2
1976

Ebola

Wabah karena virus Ebola dari hewan seperti simpanse. Sejak ditemukan, 11 juta orang lebih tewas karena virus ini.

Aids
1981- Now

HIV/AIDS

Penyakit disebabkan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan membunuh jutaan orang serta jutaan orang lain hidup dengan AIDS hingga saat ini karena belum ditemukan obatnya.

SARS
2003

SARS

Infeksi saluran pernapasan berat disertai dengan gejala saluran pencernaan yang disebabkan oleh coronavirus (SARS-CoV). Penyakit ini telah mengakibatkan ratusan jiwa melayang.

flu babi 2
2009

Flu Babi

Swine flu atau yang umumnya dikenal sebagai flu babi ini disebabkan oleh jenis virus flu (influenza) jenis H1N1. Tak kurang dari 200 ribu orang meninggal karena virus ini.

Corona virus
2019

Coronavirus

Coronavirus atau lazim disebut COVID-19 merupakan virus yang menyebabkan terjadinya infeksi saluran pernapasan atas. Korban Covid mencapai 16.6 juta siwa di seluruh dunia.

Faktor Pemicu Munculnya Zoonosis

Sumber - Laporan USAID dan Eco-Health Alliance

Deforestasi yang Masih Terjadi

Dalam laporan tahunannya, USAID (United States Agency for International Development) dan Eco-Health Alliance mengatakan zoonosis terjadi karena perubahan ekologi atau rusaknya ekosistem yang ditandai dengan fragmentasi habitat hingga hilangnya habitat sejumlah spesies dan keanekaragaman hayati di bumi.

Hilangnya habitat ini mengakibatkan berbagai spesies mulai merambah ke pemukiman. Mereka membuat kontak dengan manusia sehingga memudahkan transmisi penularan virus atau patogen yang dibawanya. Celakanya, virus dan patogen tersebut terus beradaptasi dan bermutasi secara alamiah pada lingkungan yang baru. Inilah kenapa akan selalu ditemukan patogen-patogen baru yang lebih berbahaya dari patogen-patogen sebelumnya.

Perubahan ekologi dan rusaknya ekosistem disebabkan karena banyak faktor. Selain polusi dan pencemaran lingkungan, salah satu yang masih terjadi hingga saat ini adalah deforestasi (alih fungsi hutan). 

Deforestasi ini terjadi karena ledakan populasi yang tak terkendali serta adanya kemajuan teknologi yang dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan cenderung konsumtif.

Namun apapun alasannya, deforestasi telah menyebabkan perubahan dramatis dalam pola hubungan dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan yang mendorong terjadinya berbagai bencana ekologi seperti zoonosis, banjir, tanah longsor, dan sebagainya.

Hilangnya habitat ini mengakibatkan fenomena masuknya berbagai spesies merambah ke pemukiman penduduk yang semakin sering diberitakan media beberapa dekade terakhir ini.

Adalah fakta bahwa Jutaan hektar hutan telah dialihfungsikan menjadi ladang pertanian, hunian dan perkotaan. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mengatakan, deforestasi diperkirakan telah mengakibatkan hilangnya 420 juta hektar sejak 1990. Akhir tahun 2019 saja, tiga negara pemilik hutan terluas di dunia yakni Indonesia, Brasil, dan Australia kehilangan jutaan hektar hutan akibat kebakaran hebat yang disengaja maupun tidak.

Negara kita sendiri, Indonesia, telah kehilangan setidaknya 1,65 juta hektar hutan sepanjang tahun 2019. Sementara itu sampai 30 Januari 2020, negara tentangga kita Australia kehilangan hutan seluas 11 juta hektar, sedangkan Brasil kehilangan sekitar 900.000 hektar hutan Amazon akibat terbakar.

Secara data, FAO menyebut sebenarnya deforestasi telah mengalami penurunan dengan adanya berbagai upaya reforestasi (perluasan hutan kembali). Namun, upaya itu pun masih belum mampu menutupi kehilangan hutan selama ini. Sepanjang tahun 2015-2020, reforestasi setiap tahunnya memang mencapai 5 juta hektar. Namun jumlah ini hanya mengganti setengah dari luas hutan yang hilang karena deforestasi pada periode yang sama.

Deforestasi vs Reforestasi 1990 - 2020

(Dalam Juta Hektar)

FAO Assesment 2020

Berdamai dengan Lingkungan dan Ekosistem untuk Merdeka dari Pandemi di Masa Depan!

Sebenarnya kita pernah menjalin hubungan mesra dengan alam dan lingkungannya di masa lampau. Masyarakat terdahulu telah membangun hubungan baik dengan alam berdasarkan pengetahuan dan nilai-nilai ekologi tradisional dari para leluhur. Nilai-nilai tersebut kemudian diwariskan ke generasi berikutnya secara turun temurun. Namun sayang sekali dalam perjalanannya muncul berbagai persoalan yang membuat hubungan itu retak berkeping-keping.

Manusia dan lingkungannya tidak lagi memiliki hubungan yang seimbang dan berimbang. Kita mungkin terlalu serakah dan lupa bahwa kita bukanlah penghuni tunggal di bumi ini. Ada banyak organisme lain hidup bersama kita sebagai satu kesatuan ekosistem yang saling interdependensi.

Betul, kita memang berhak memanfaatkan lingkungan hidup, baik dalam pengertian biofisik maupun pengertian kognitif, namun kita mungkin lupa memikirkan dampak, kelestarian dan keseimbangannya. Harusnya kita mulai menyadari bahwa menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati adalah urgensi yang tak bisa ditunda-tunda lain. 

Ya. Kita perlu berdamai dan memperbaiki hubungan baik dengan lingkungan seperti yang dulu pernah terjadi dulu. Percayalah bahwa dari sinilah kita bisa mencegah zoonosis dan bencana ekologi lain yang berpotensi mengkibatkan pandemi global di masa depan.

Kita bisa memulai dari hal kecil, dari diri sendiri dan lingkungan namun berdampak besar pada lingkungan. Apa yang bisa kita lakukan?

Bergabung dengan Kelompok Pecinta Alam dan NGO Lingkungan

Bergabung dengan kelompok-kelompok pecinta alam dan sejenisnya untuk melakukan reboisasi, konservasi flora-fauna dan binatang dilindungi, serta sosialisasi pelestarian lingkungan hidup di masyarakat. Bila memungkinkan. bergabung pula dengan NGO-NGO lingkungan untuk melakukan advokasi pelestarian alam dengan mendorong pemerintah dan para pihak-pihak yang berkepentingan agar konsisten melakukan forestasi hutan, memberantas ilegal loging, dan mengurangi kebakaran hutan.

Bercocok Tanam Dengan Bijak

Bercocok tanam dengan bijak dapat meningkatkan hasil panen. Memberantas hama tanaman dengan menggunakan predator alami untuk mengurangi penggunaan pestisida berbahan kimia berbahaya. Kita juga perlu merotasi tanaman sebagai upaya menjaga keseimbangan ekosistem.

Memakai Produk Daur Ulang

Gunakan produk-produk dalam negeri yang mudah didaur ulang. Selain berguna untuk mengurangi timbulan sampah, hal ini bisa membantu menghemat energi yang dikeluarkan pabrik di mana selama ini sumber energi pabrik kebanyakan masih berasal dari sumber energi fosil.

Kelola Sampah dari Rumah

Kelola sampah adalah urgensi yang tidak bisa ditunda-tunda. Kita bisa mulai dari pinsip "sampahku Tanggung Jawabku". Hal yang perl u dilakukan adalah pilah dan pilih sampah dari rumah sebelum membuangnya (sampah organik, non-organik, dan Sampah beracun). Meskipun demikian, sampah tidak boleh kita buang sembarangan serta tidak membakarnya.

Akhir Tulisan

Para peneliti penyakit menular terkejut manakala pandemi coronavirus baru muncul. Dunia yang telah mengglobal, yang ditandai dengan padatnya penduduk, ketika orang-orang dengan mudah terhubung satu dengan yang lain, dan ketika manusia dan hewan hidup berdekatan, maka di saat itu pula sangat memudahkan penyebaran penyakit menular (Zoonosis). 

Kita harus selalu siap menghadapi kemungkinan munculnya pandemi-pandemi lainnya di masa depan. Sebagai langkah antisipasi, penting juga bagi kita mengambil pelajaran-pelajaran penting yang telah terjadi sebelumnya untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman berikutnya.

Bila Zoonosis dianggap sebagai salah satu model penyebaran virus yang menyebabkan pandemi, maka ada urgensi bagi kita semua untuk menjaga itu tidak terjadi. Berkomitmen untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup adalah hal terpenting meskipun dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Ayo. Kita belum terlambat untuk melakukannya!   

    1. World Heath Organization, Statement on the fifteenth meeting of the IHR (2005) Emergency Committee on the COVID-19 pandemic, https://www.who.int/news/item/05-05-2023-statement-on-the-fifteenth-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-emergency-committee-regarding-the-coronavirus-disease-(covid-19)-pandemic
    2. BRIN, Mengenal Zoonosis, Riset, dan Pencegahannya, https://www.brin.go.id/news/109948/mengenal-zoonosis-riset-dan-pencegahannya
    3. Wiikipedia, Black Death, https://en.wikipedia.org/wiki/Black_Death#:~:text=The%20Black%20Death%20(also%20known,Europe%20from%201347%20to%201351.
    4. Pojok Iklim, Perubahan Iklim dan Potensi Meningkatnya Zoonosis, http://pojokiklim.menlhk.go.id/read/perubahan-iklim-dan-potensi-meningkatnya-zoonosis
    5. Food and Agriculture Organization, Global Forest Resource Assessment 2020, https://www.fao.org/forest-resources-assessment/2020/en/
    6. The Conversation, COVID-19 bukan pandemi global yang terakhir. Ini pelajaran dari 4 pandemi yang mengubah sejarah, https://theconversation.com/covid-19-bukan-pandemi-global-yang-terakhir-ini-pelajaran-dari-4-pandemi-yang-mengubah-sejarah-138022
Referensi Tutup
dampak perubahan iklim 2
IQair 01
kualitas udara di dunia
polusi di dinOnesia webp

connect

bicycle.png

Check Out My Works.

Take a peek inside our Wonderworld

About me

Sekelumit Tentang Saya

Saya hanyalah seorang blogger pemula yang mempunyai antusias besar dalam bidang Desain Grafis Digital, Fotografi and hal-hal kreatif lainnya.

Saya hidup dalam imaginasi yang bebas. Ketika saya melihat matahari terbit, untuk sepersekian detik saya selalu ingin manifestasikannya dalam garis-garis warna yang bernilai. Dan, mungkin cocok untuk bisnis anda.

What I Do

Saya Melakukan Banyak Hal Amazing

Graphic Design

Saya mengerjakan berbagai karya desain grafis dari mulai logo, poster, leaflet, kartu nama, kemasan produk, dan berbagai material promosi yang dibutuhkan dunia usaha

Photography

Berbekal sebuah karema DSLR, saya juga meyediakan jasa fotografi untuk wedding, cover produk, food, dan untuk berbagai kegunaaan lainnya

Media Social Handling

Saya cukup banyak waktu untuk menghandel postingan berbagai media sosial seperti instagram, facebook, twitter dan sebagainya bagi usaha dan institusi anda

Skill

Tools dan Skill Untuk Berproses

Photoshop 88 %
Ilustrator 85 %
Photography 92 %
Animasi 75 %
Video Editing 80 %

Jangan Ragu Menghubungi Saya